About this app

Judul Buku Novel : Tuhan Izinkan Aku Menjadi Pelacur!
Penulis : Muhidin M. Dahlan
Penerbit : ScriPta Manent, 2005.
Cetakan : Cetakan ke1-16
Tebal buku : 269 hlm.; 12 x 19 cm

“Akulah perempuan yang terlempar yang terhempas dari arus besar kehidupan Jemaah yang sedang giat-giatnya dan tengah berlomba untuk menciptakan sebuah kehidupan baru yang dilingkari cincin firman. Tapi aku tidak setegar Hawa yang biarpun dikelilingi kesunyian abadi, ia tetap tegak di puncak-puncak bukit dan badai dan tetap tegar menantang dengan riak-riak doa yang tersisa…”

Apa yang terfikirkan olehmu saat mendengar kata pelacur? Jalang? Dilaknat tuhan? Tuna susila? Murahan? Cobalah membaca novel karya Muhidin M. Dahlan alias Gus Muh, berjudul ‘Tuhan Izinkan Aku Menjadi Seorang Pelacur’ yang menceritakan proses dan titik balik perubahan seorang manusia tentang hal paling fundamental dalam kebudayaan orang-orang timur, yakni agama. Novel ini menceritakan dengan apik kisah Nida Kirana, Perempuan muslimah yang taat dan cita-citanya hanya satu yaitu menjadi muslimah yang beragama secara kaffah. Tapi di tengah jalan ia diterpa badai kekecewaan. Organisasi garis keras yang mencita-citakan tegaknya syariat islam di Indonesia yang di idealkannya bisa mengantarkannya berislam secara kaffah ternyata malah merampas nalar kritis sekaligus imannya. Setiap tanya yang dia ajukan dijawab dengan dogma yang tertutup. Berkali-kali di gugatnya kondisi itu tapi hanya kehampaan yang hadir. Semakin hari semakin memancar keresehannya. Akhirnya, ia kabur secara diam-diam, hingga menjadi seorang wanita yang tidak terkontrol, ia mengutuk Tuhan dan agamanya, rasa frustasinya membuatnya menjadi wanita hampa kekosongan, ia melampiaskannya dengan memasuki dunia malam, memakai obat-obat terlarang dan sampai menjadi seorang pelacur Dalam keadaan kosong itulah dia terjerembab dalam dunia hitam dan jatuh kedalam “titik nol” dalam hidupnya. Ia lampiaskan frustasinya dengan free sex dan mengkonsumsi obat-obat terlarang. “Aku hanya ingin Tuhan melihatku. Lihat aku Tuhan! Kan kutuntaskan pemberontakanku pada-Mu!” katanya setiap kali usai bercinta yang dilakukannya tanpa ada secuilpun rasa sesal. Dari petualangan seksnya itu juga tersingkap topeng-topeng kemunafikan dari para aktivis yang meniduri dan ditidurinya yang selama ini lantang meneriakkan tegaknya moralitas.

Novel ini akan terasa kontroversial jika hanya ditelisik secara tekstual. Namun jauh daripada itu, lewat karakter Kiran, Gus Muh seolah ingin memaparkan realitas yang banyak terjadi di kehidupan ini. Dengan gaya kepenulisan yang sangat indah novel ini berhasil membawa pesan bahwa mereka yang menjauh dari agama, banyak juga ditengarai karena tak menemukan keimanan terbaiknya. Malahan, mereka hanya mendapatkan dogma, bukan jawaban atas alasan penghambaan. Ending ceritanya juga berhasil menunjukkan sisi lain sebuah cerita kepada pembaca. Kiran tetap menengadah, memantapkan diri, meneguhkan hati, mengulang kalimat pemberontakannya pada Tuhan. Melalui, penyajian yang tepat Gus Muh secara tersirat mengetengahkan seperti apa individu yang dapat menyebabkan Islam tercoreng. Jelas bahwa yang rusak adalah individunya, bukan agamanya. Buku ini sangat menarik, pada bagian awal sudah mampu membangkitkan semangat bagi para pembaca dengan cerita yang menari. Membaca buku ini, membuat kita berpikir kritis tentang realitas kehidupan manusia. Jalan cerita yang digunakan oleh penulis mudah untuk dipahami karena di dalam beberapa ceritanya disebutkan nama tempat yang bukan fiktif, mudah bagi pembaca untuk membayangkannya. Penggambaran cerita juga tidak terlalu berlebihan.

New features

- gratis
- novel
- ebook

App Permissions

Allows applications to open network sockets.
Allows applications to access information about networks.
Allows using PowerManager WakeLocks to keep processor from sleeping or screen from dimming.